Kegiatan seharian bersama anak-anak seputar ekologi dan olahraga. Bersama mereka kami bermain turnamen sepak bola, membersihkan lingkungan dan edukasi tentang sampah, juga permainan ekologi lainnya. Selain itu, acara kami rangkaikan juga dengan penukaran sampah dengan barang.
Pada bulan Maret 2020 kami mengunjungi sekolah panti asuhan di pulau Lombok untuk pertama kalinya. Kondisinya sangat memprihatinkan. Kami memutuskan untuk membantu mereka lebih dekat dengan mitra dan teman kami.
Kami menyelenggarakan program ekologi
SWAP ( BARTER ) di Slovakia dan Indonesia mulai 2018. Setiap negara memiliki tujuan yang berbeda.
Di Slovakia kami fokus pada slow fashion, sedangkan di Indonesia kami fokus pada penukaran sampah dengan pakaian.
Pada bulan Desember 2019 kami menyiapkan trilogi ekologi untuk anak-anak sekolah dasar di Žilina.
Langkah pertama adalah diskusi yang difokuskan pada masalah ekologi planet kita yang terkait dengan aktivitas dan produk Enjoy Life di Indonesia.
Konferensi internasional inspiratif pertama di Lombok Indonesia Together We Can ( Bersama Kita Bisa ). Bisa dibayangkan, mahasiswa Universitas Mataram tidak pernah memiliki konferensi sebelumnya? Kami pikir mahasiswa dari semua universitas adalah masa depan di setiap negara, setiap benua.
Setiap perubahan besar dimulai dengan langkah-langkah kecil. Jika kita ingin mengubah Indonesia, kita harus mulai dengan satu pulau dan fokus pada sebagian kecil saja. Impian kami adalah keindahan pulau Lombok menjadi hijau, tidak berpolusi dan berkelanjutan.
Bersama dengan perusahaan periklanan Berakar Komunikasi
( http://berakar.com ) dari Jakarta kami menyiapkan kartun ekologi bernama Eko & Eka untuk anak Indonesia. Tujuan kami adalah untuk menanamkan kecintaan pada alam Indonesia dan untuk menginspirasi perilaku sadar lingkungan pada anak-anak.
Adi Amrullah berusia sekitar 50 tahun. Ketika dia masih bayi dia terinfeksi polio, yang membuatnya cacat. Dia tidak pernah menyelesaikan sekolah dan mulai bekerja sebagai pemotong bambu sejak remaja. Sekitar umur 20 tahun ia menikah dan memiliki 2 orang anak. Dia bekerja keras sepanjang hidupnya untuk memberi kehidupan yang lebih baik untuk keluarganya dari yang pernah dia miliki dia miliki. Dia membiayai sekolah mereka, meskipun itu berarti dia harus bekerja 50 jam seminggu. Pada 2018 rumahnya hancur akibat gempa besar.